muapsein.blogspot.com
Fungsi gelombang pertama kali diciptakan oleh fisikawan Austria
Erwin Schrodinger, untuk menangani salah satu fenomena dunia kuantumdualisme
gelombang partikel. Namun, fungsi gelombang itu sendiri tidak memberikan
gambaran fisik apa pun sampai Max Born mengusulkan untuk mengkuadratkan nilai
mutlaknya. Selanjutnya, amplitudo fungsi gelombang yang telah dikuadratkan itu
ditafsirkan sebagai kemungkinan menemukan partikel berada pada tempat dan saat
tertentu. Bersamaan dengan itu, Born juga memperkenalkan metode pengukuran di
bawah aturan-aturan yang ditetapkannya.
Dalam perkembangan selanjutnya para ahli menggunakan metode
pengukuran tak langsung yang dikenal dengan tomografi
kuantum. Dengan estimasi bahwa fungsi gelombang konsisten terhadap berbagai
kumpulan hasil pengukuran, mereka melakukan banyak pengukuran, mencatat
hasilnya dalam tabel yang nantinya digunakan untuk memprediksikan nilai-nilai
pada kolom yang kosong. Jeff Lunden, seorang peneliti dalam bidang terkait
mengibaratkan metode ini seperti meneliti sebuah gelombang air dengan cara
menyinarinya dengan cahaya yang digerak-gerakkan lalu mengukur bayangannya di dasar
kolam. Namun metode pengukuran tak langsung ini hanya melipat-gandakan masalah
dalam menentukan fungsi gelombang. Lagipula fungsi gelombang terlalu rapuh,
seperti gelembung sabun yang mudah pecah ketika disentuh untuk diteliti.
Fisikawan Sanford, Onur Hosten bahkan menyatakan bahwa mengukur fungsi
gelombang itu saja nyaris tidak mungkin dilakukan.
Tetapi kini tim fisika Kanada yang dikepalai oleh Jeff Lundeen
berhasil menemukan cara baru untuk mengukur
fungsi gelombang, bahkan secara langsung. Mereka menggabungkan sistem
pengukuran kuat yang memberikan kepastian yang mantap tetapi menghancurkan
fungsi gelombang, dan pengukuran lemah yang memberikan informasi yang kurang
pasti namun hanya merusak sebagian kecil darinya.
Lundeen dkk. mendemonstrasikan hasil kerja mereka dengan bantuan
banyak foton-tuggal sebagai partikel uji. Foton-foton itu ditransmisikan
melalui serat optik dengan tujuan agar mereka mempunyai fungsi gelombang yang
sama. Setelah ditembakkan, lalu foton itu dipolarisasikan sehingga mereka
mendapat dua variabel dari satu keadaan foton untuk diukur. Pertama mereka
mengukur lokasinya secara kasar, hal ini mengakibatkan fungsi gelombang itu
tetap stabil. Kemudian sisa foton digunakan untuk mengukur momentumnya secara
akurat dan akhirnya memetakan fungsi gelombangnya. Intinya, pengukuran pertama
dikerjakan dengan cara halus sehingga tidak membatalkan hasil dari pengukuran
kedua. Sayangnya, metode ini hanya berlaku jika telah diketahui secara pasti
bahwa foton-foton uji itu memiliki keadaan kuantum yang sama.
Dengan demikian, tim tersebut tidak hendak menggugurkan mekanika
kuantum. Nyatanya, prinsip ketidakpastian Heinsenberg masih berlaku. Mereka
tidak memperkenalkan metode yang lebih baik untuk menjelaskan fenomena kuantum,
mereka hanya memperkenalkan "metode lain" semata. Selain itu, untuk
sementara partikel tunggal yang diuji baru foton. Meskipun begitu ini bukan
berarti sebuah kegagalan, justru temuan tim Lundeen ini merupakan kemajuan. Ia
memprediksikan, dalam waktu dekat metodenya juga dapat disesuaikan untuk
mengukur fungsi gelombang partikel-partikel lain seperti ion, molekul dan
elektron.
Sumber :
http://www.nature.com/nature/journal/v474/n7350/full/nature10120.html
http://www.sciencenews.org/view/generic/id/330958/title/Wave_function_directly_measured_
http://www.nature.com/nature/journal/v474/n7350/full/nature10120.html
http://www.sciencenews.org/view/generic/id/330958/title/Wave_function_directly_measured_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar